Video Wallpaper

Anda pasti kenal dong dengan yang namanya wallpaper yang ada didesktop komputer? yap benar sekali dan ternyata Wallpaper didesktop tersebut dapat kita ganti menjadi sebuah Video loch

Mempercantik desktop anda dengan rainmeter

Bosan dengan tampilan desktop anda yang itu-itu saja, mungkin aplikasi ini bisa dijadikan alternatif buat anda, disini anda bisa menambahkan berbagai gadget yang mungkin berguna bagi anda untuk ditambahkan

Mempercantik desktop anda dengan rainmeter

Bosan dengan tampilan desktop anda yang itu-itu saja, mungkin aplikasi ini bisa dijadikan alternatif buat anda, disini anda bisa menambahkan berbagai gadget yang mungkin berguna bagi anda untuk ditambahkan

Mempercantik desktop anda dengan rainmeter

Bosan dengan tampilan desktop anda yang itu-itu saja, mungkin aplikasi ini bisa dijadikan alternatif buat anda, disini anda bisa menambahkan berbagai gadget yang mungkin berguna bagi anda untuk ditambahkan

yuk kita mulai berkebun

Gaya hidup berkebun di perkotaan merebak seiring berkembangnya teknik menanam di lahan sempit.Tren berkebun di masyarakat urban sangat dipengaruhi oleh pola hidup organik. Orang memanfaatkan lahan terbatas yang masih tersisa dengan menggunakan aneka peralatan sederhana dan ramah lingkungan

Lahan sempit bisa untuk bertanam Loch

Orang desa tak perlu berfikir keras untuk menanam sayuran dan bahkan buah-buahan. akan tetapi Lahan yang sempit membutuhkan kreatifitas tersendiri untuk menyiasatinya agar kita bisa tetap bisa bertanam

Ubuntu alternatif OS selain Windows

Mungkin sebagian dari anda banyak yang belum tahu ternyata Operating Sistem(OS) yang ada di computer tidak hanya Windows saja ternyata banyak alternatif OS yang bias kita pilih Misalnya LINUX dengan Banyak Distronya (UBUNTU, REDHAT, MINT, Garuda, BlankOn, slakwaredll) atau MacOS dengan banyak Versinya

Insert dan Format Shapes pada Ms. Word 2010

Pada Video kali ini akan dijelaskan bagaimana langkah kita menyisipkan Shape dan memformat shape tersebut dengan menggunakan aplikasi Microsoft Word 2010

Contoh mendesign sebuah artikel

Untuk mendesign sebuah artikel sebetulnya itu bebas tergantung yang kita mau, dibawah ini saya akan mencontohkan melalui sebuah video Tutorial yang mungkin bisa membantu anda dalam mendesign sebuah Artikel menggunakan aplikasi Microsoft Word 2010

Bali Tiru Jepang Manfaatkan Umbi-Umbian


Oleh I Ketut Sutika
Denpasar (Antara Bali) - Minuman, sirup, es krim dan jenis makanan ringan lainnya dibuat dari bahan baku ubi jalar (ketela rambat) sudah merambah pasaran, termasuk pusat perbelanjaan di Kota Denpasar.

"Hasil industri skala rumah tangga itu cukup diminati konsumen, termasuk sudah dipasarkan ke hotel-hotel berbintang, sehingga sangat berpeluang untuk diproduksi secara besar-besaran," kata guru besar Universitas Udayana, Prof Dr Ir Dewa Ngurah Suprapta MSc yang melakukan penelitian dan pengkajian, bahan pangan nonberas tersebut.
       
Produksi ketiga jenis produk yang kini dalam uji coba merupakan hasil penelitian yang dilakukannya di lapangan maupun laboratorium selama lebih tujuh tahun.Hal itu dilakukan meniru cara orang Jepang memanfaatkan umbi-umbian sebagai   makanan pavorit di negari Matahari Terbit, sehingga  jenis tanaman berumbi dipelihara secara intensif petani di negara itu.
       
Dari segi kandungan protein  umbian-umbian itu tidak kalah dengan beras maupun gandum, ujar Dewa Suprapta yang juga dosen terbang pada tiga universitas  di Jepang.
       
Padahal negara itu tidak banyak memiliki jenis tanaman umbi-umbian, berbeda  dengan Indonesia yang kaya akan tanaman berumbi, namun masyarakatnya kurang tertarik untuk mengkonsumsinya.
       
Umbi-umbian di Indonesia, khususnya kurang mendapat perhatian, karena komoditi itu dinilai sebagai makanan kelas rendahan yang dikaitkan dengan kemiskinan, padahal hasil penelitian menunjukan kandungan gizi yang sangat tinggi.
       
Di Bali sedikitnya terdapat 75 jenis tanaman umbi-umbian yang umumnya mengandung protein tinggi, yang secara tidak langsung menyembuhkan berbagai penyakit, antara lain  kanker dan penyakit diabetis.
       
"Dalam umbi-umbian itu mengandung 'antiosiamnin' yang sangat baik bagi kesehatan yang tidak terdapat dalam beras atau gandum," ujar Dewa Suprapta yang juga Kepala Lab Biopestisida Fakultas Pertanian Unud itu.
       
Ketela rambat misalnya mengandung protein melebihi kentang yakni kalorinya 123 setiap 100 gram, sementara kentang hanya 83 per 100 gram. Sedangkan kandungan  karbohidrat ubi jalar 27,9 dan kentang hanya 19,1.
      
Demikian pula kandungan kalsium ubi jalar mencapai 30, sementara kentang hanya 11 setiap 100 gramnya. Protein ketela rambat hampir sama dengan "suweg" dan sukun, yang belakangan jarang ditanam petani, padahal dulunya merupakan makanan ringan masyarakat.
       
Dewa Suprapta menjelaskan, tanaman umbu-umbian khususnya yang berwarna unggu memiliki keunggulan yang telah teruji dalam laboratorium.
      
Oleh sebab itu pemerintah agar mengajak dan menyarankan masyarakat untuk mulai kembali mengkonsumsi jenis umbi-umbian, sebagai usaha diversifikasi pangan mengurangi ketergantungan pada beras, sekaligus mewujudkan ketahanan pangan.
       
Dewa Suprapta yang memiliki 500 petani asuh tersebar di berbagai pelosok pedesaan di Bali berusaha terus mensosialisasikan hasil penelitian menyangkut tanaman umbi-umbian.
       
Masayrakat tani diharapkan kembali mengembangkan aneka tanaman  umbi-umbian  antara ketela rambat, ketela pohon, suweg dan jenis kacang-kacangan.
       
Pihaknya juga merintis pengolahan aneka umbi-umbian itu menjadi tepung untuk selanjutnya dibuat menjadi mie, roti, kue dan es krim.
       
Dengan cara mengkemas seperti itu diharapkan masyarakat tertarik untuk mengkonsumsinya, karena tersedia menu pilihan, selain makanan pokok beras.
       
Masyarakat luas juga diharapkan mendukung upaya pemerintah memasyarakatkan umbi-umbian dengan mengkonsumsinya, selain makanan pokok beras, harap Dewa Suprapta  yang memiliki kebun khusus mengkoleksi berbagai jenis tanaman umbi-umbian.
   

Biaya Penelitian
  
Dewa Suprapta menjelaskan, penelitian mengenai umbi-umbian untuk konsumsi masyarakat yang dilakukan selama tujuh tahun itu menghabiskan dana sekitar Rp3,5 miliar.
       
Dana itu diperolehnya melalui kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk  Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dan Fakultas Kedokteran Gajah Mada dan berbagai unsur lainnya.
       
Ketiga jenis makanan dan minuman yang meliputi  sirup, minuman (wine) dan es kerim dengan menggunakan bahan baku ubi jalar siap diproduksi secara besar-besaran, dengan pabrik berlokasi di Kabupaten Karangasem, daerah ujung timur Pulau Bali.
       
Pihaknya sudah mengurus ketiga hasil penelitian itu untuk mendapatkan hak paten ke Kementerian Kehakiman dan HAM. Pengembangan berbagai jenis tanaman umbi-umbian diimbangi dengan upaya pengolahan  akan mampu menghasilkan jenis makanan yang bergengsi.
       
Teknologi pengolahan menjadi makanan bergengsi itu tidak begitu rumit, dengan modal yang tidak begitu besar, hanya  diperlukan ketekunan, keuletan serta mengutamakan faktor kebersihan dalam proses produksi.
       
Terobosan seperti itulah yang diperlukan untuk mengangkat dan memanfaatkan potensi lokal, yang akhir-akhir ini kurang diperhatikan petani akibat sulit pemasaran, ujar Dewa Suprapta.

Sumber : http://antarabali.com

Jepang Mengajari kita Menghargai Ubi

Satu hal yang sangat mengesankan dari Negara Jepang adalah betapa mereka sangat menghargai hasil bumi berupa umbi-umbian. Menghargai ubi, tidak sekedar memperlakukannya dengan sebaik-baiknya. Lebih dari itu ini merupakan perwujudan nyata dari kata "Terima Kasih" pada sang pencipta ubi yang notabene juga "sang pemberi hidup" kita. Mungkin ini salah satu jawaban dari kebingungan , mengapa Tuhan begitu sayang sehingga memberikan kemakmuran luar biasa pada negeri Matahari Terbit. Tidak ada ciptaan Tuhan yang patut disepelekan, semua diciptakan untuk dimanfaatkan dan dikembangkan sebaik-baiknya.
 Set menu Jepang, ada talasnya!

kita dapat membandingkan dengan  bagaimana masyarakat kita di Indonesia memperlakukan umbi umbian dalam budaya komsumsi sehari-hari. Umbi-umbian di Indonesia terhitung sangat banyak ragamnya, ubi jalar, ketela pohon, dan berbagai macam talas. Di masyarakata kita, umbi-umbian cenderung menjadi makanan kelas bawah, dengan harga yang cenderung jauh lebih murah daripada sumber karbohidrat utama, misalnya beras. Harga beras bisa mencapai 10 000 per kg sementara harga ubi hanya 2500 per kg bahkan kadang bisa mencapai 1500 per kg. Bandingkan harga ubi dan beras di Jepang yang relativ sama hingga 45 000 per kg. Relatif sama, sehingga muncul pula sikap penghargaan yang sama baik terhadap ubi maupun beras. Di Jepang baik petani ubi maupun petani beras sama sama makmurnya. Seperti keluarga Sumitomo yang tinggal di daerah Kawauchi Tokushima, sebagai petani ubi mereka juga mampu untuk berlibur ke pulau Bali. Mereka juga memiliki unit cold storage untuk penyimpanan hasil panen ubi, disamping bangunan 2 lantai yang dilengkap lift untuk gudang carton box pengemas ubi. Semua ini berawal dari begitu selayaknya masyarakat Jepang dalam menghargai ubi. Bandingkan lagi dengan kenyataan di Indonesia, yang memunculkan stigma resmi bahwa ubi adalah makanan pokok dari daerah miskin.


perhatikan bentuk, dan warnanya

Dengan set menu Jepang di sebuah resto di Miyajima. Satu set terdiri dari 12 jenis masakan, dengan porsi yang serba sedikit. Lengkap baik dari hewani, ikan,ayam dan daging, juga sumber nabatinya. Semua disajikan dengan teramat cantiknya, Ada 2 hidangan yang sangat mengesankan, yang pertama adalah kabocha atau labu parang kukus, sangat cantik dengan rasa sederhana, dengan potongan menyerupai daun momiji. Satu jenis lain dengan potongan berbentuk seperti lampion kecil, sangat elegant, setelah di makan, upps ternyata talas, yang apabila dimakan seperti mengeluarkan lendir.  sangat mengesankan, talas yang sedemikian tidak berharganya di Indonesia bisa tampil sedemikian cantiknya. Di Jepang, umbi seperti ini disebut sebagai sato imo. Di Indonesia bila diibandingkan dengan ubi, talas berlendir ini malah menempati kelas yang lebih bawah lagi.


talas, rengkong, dan jagung baby

Kita mungkin akan terkaget-kaget melihat sebuah papan iklan besar menawarkan ubi bakar, dengan gambar yang sangat provokatif, ubi bakar yang merekah ubinya dengan kepulan asap yang menujukkan hangatnya ubi, jangan tanyakan harganya, kira-kira 35 ribu per pcs apabila di rupiahkan. Ketika bulan puasa, apabila berjalan-jalan di mall Sogo Tokushima, beberapa ibu-ibu sedang bergerombol menikmati bekalnya. ketika di dekati, upps lagi lagi ubi rebus sedang mereka nikmati. Hal yang mungkin sangat jarang terjadi di di Indonesia. Bahkan info yang sangat akurat menyebutkan bahwa ubi adalah salah satu side dish tetap di menu-menu catering di rumah sakit di Jepang. Pada tataran ini, ubi sudah masuk sebagai barang industri dengan pengawasan mutu yang teramat ketat. Ada juga daigaku imo yang cukup popular, atau imobo, stick ubi goreng dengan coating caramel lengkap dengan taburan wijen, Bahkan di Stasiun Kereta Api Tokushima, ada banyak sekali toko yang menyediakan berbagai macam kudapan berbahan ubi, termasuk, es krim, dan minuman kaleng dari ubi. Juga boneka-boneka berkarakter ubi.
Es Krim Ubi

Dengan demikian, tentu saja anda tidak perlu ragu lagi betapa ubi sangat dihargai dan mempunyai kelas yang sama dengan makan lain di Jepang.

Jadi, memang sudah mengakar kuat di Jepang bahwa ubi bukanlah makanan yang bisa disebut sebagai kelas bawah. Bukan sekedar pengganjal perut mengganti nasi, apalagi sebagai makanan orang miskin yang tidak mampu membeli beras. Lebih dari itu di Jepang ubi sudah menjadi barang industri dengan riset dan pengembangan yang terus menerus baik dari teknologi budidaya, teknologi proses hingga marketing yang saling terkait dan mendukung. Mari mulai menghargai ubi, karena Tuhan menciptakan ubi, pasti bukan untuk disepelekan, menghargai dan berusaha mengembangkannya menjadi semakin baik, adalah wujud rasa syukur yang lebih baik kepada penciptanya.


Oleh:
Iwan Rianto
Sumber : http://www.denpasar.id.emb-japan.go.jp

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More