Video Wallpaper

Anda pasti kenal dong dengan yang namanya wallpaper yang ada didesktop komputer? yap benar sekali dan ternyata Wallpaper didesktop tersebut dapat kita ganti menjadi sebuah Video loch

Mempercantik desktop anda dengan rainmeter

Bosan dengan tampilan desktop anda yang itu-itu saja, mungkin aplikasi ini bisa dijadikan alternatif buat anda, disini anda bisa menambahkan berbagai gadget yang mungkin berguna bagi anda untuk ditambahkan

Mempercantik desktop anda dengan rainmeter

Bosan dengan tampilan desktop anda yang itu-itu saja, mungkin aplikasi ini bisa dijadikan alternatif buat anda, disini anda bisa menambahkan berbagai gadget yang mungkin berguna bagi anda untuk ditambahkan

Mempercantik desktop anda dengan rainmeter

Bosan dengan tampilan desktop anda yang itu-itu saja, mungkin aplikasi ini bisa dijadikan alternatif buat anda, disini anda bisa menambahkan berbagai gadget yang mungkin berguna bagi anda untuk ditambahkan

yuk kita mulai berkebun

Gaya hidup berkebun di perkotaan merebak seiring berkembangnya teknik menanam di lahan sempit.Tren berkebun di masyarakat urban sangat dipengaruhi oleh pola hidup organik. Orang memanfaatkan lahan terbatas yang masih tersisa dengan menggunakan aneka peralatan sederhana dan ramah lingkungan

Lahan sempit bisa untuk bertanam Loch

Orang desa tak perlu berfikir keras untuk menanam sayuran dan bahkan buah-buahan. akan tetapi Lahan yang sempit membutuhkan kreatifitas tersendiri untuk menyiasatinya agar kita bisa tetap bisa bertanam

Ubuntu alternatif OS selain Windows

Mungkin sebagian dari anda banyak yang belum tahu ternyata Operating Sistem(OS) yang ada di computer tidak hanya Windows saja ternyata banyak alternatif OS yang bias kita pilih Misalnya LINUX dengan Banyak Distronya (UBUNTU, REDHAT, MINT, Garuda, BlankOn, slakwaredll) atau MacOS dengan banyak Versinya

Insert dan Format Shapes pada Ms. Word 2010

Pada Video kali ini akan dijelaskan bagaimana langkah kita menyisipkan Shape dan memformat shape tersebut dengan menggunakan aplikasi Microsoft Word 2010

Contoh mendesign sebuah artikel

Untuk mendesign sebuah artikel sebetulnya itu bebas tergantung yang kita mau, dibawah ini saya akan mencontohkan melalui sebuah video Tutorial yang mungkin bisa membantu anda dalam mendesign sebuah Artikel menggunakan aplikasi Microsoft Word 2010

Pengertian MOL (Mikro Organisme Lokal)


Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair.  Bahan utama MOL terdiri dari beberapa  komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme.  Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat berasal dari hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga. Karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat diperoleh dari limbah organik seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan daun gamal.  Sumber glukosa berasal dari cairan gula merah, gula pasir, dan air kelapa, serta sumber mikroorganisme berasal dari kulit buah yang sudah busuk, terasi, keong, nasi basi, dan urin sapi     (Hadinata, 2008).

Menurut Fardiaz (1992), semua mikroorganisme yang tumbuh pada    bahan-bahan tertentu membutuhkan bahan organik untuk pertumbuhan dan proses metabolisme.  Mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang pada suatu bahan dapat menyebabkan berbagai perubahan pada fisik maupun komposisi kimia, seperti adanya perubahan warna, pembentukan endapan, kekeruhan, pembentukan gas, dan bau asam (Hidayat, 2006).   

Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumberdaya yang tersedia setempat. Larutan MOL mengandung unsur mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang tumbuhan, dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai pendekomposer pupuk hayati dan sebagai pestisida organic terutama sebagai fungisida. Salah satu activator yang cukup murah adalah larutan MOL (Mikro Organisme Lokal).

Tiga bahan utama dalam larutan MOL:
1.      Karbohidrat. Bahan ini dibutuhkan bakteri/ mikroorganisme sebagai sumber energi. Untuk menyediakan karbohidrat bagi mikroorganisme bisa diperoleh dari air cucian beras, nasi bekas/ nasi basi, singkong, kentang, gandum, dedak/ bekatul dll
2.      Glukosa. Bahan ini juga sebagai sumber energi bagi mikroorganisme yang bersifat spontan (lebih mudah dimakan mereka). Glukosa bisa didapat dari gula pasir, gula merah, molases, air gula, air kelapa, air nira dll

3.      Sumber Bakteri (mikroorganisme lokal). Bahan yang mengandung banyak mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanaman antara lain buah-buahan busuk, sayur-sayuran busuk, keong mas, nasi, rebung bambu, bonggol pisang, urine kelinci, pucuk daun labu, tapai singkong dan buah maja. Biasaya dalam MOL tidak hanya mengandung 1 jenis mikroorganisme tetapi beberapa mikroorganisme diantaranya Rhizobium sp, Azospirillium sp, Azotobacter sp, Pseudomonas sp, Bacillus sp dan bakteri pelarut phospat.
Sumber : bungsu tabalagan

Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang sangat kecil dengan kemampuan sangat penting dalam kelangsungan daur hidup biota di dalam biosfer.   Mikroorganisme mampu melaksanakan kegiatan atau reaksi biokimia untuk melangsungkan perkembangbiakan sel.  Mikroorganisme digolongkan ke dalam golongan protista yang terdiri dari bakteri, fungi, protozoa, dan algae (Darwis dkk., 1992). Mikroorganisme menguraikan bahan organik dan        sisa–sisa jasad hidup menjadi unsur-unsur yang lebih sederhana (Sumarsih, 2003). Menurut Budiyanto (2002), mikroorganisme mempunyai fungsi sebagai agen  proses biokimia dalam pengubahan  senyawa organik menjadi senyawa anorganik yang berasal dari sisa tanaman dan hewan.
Cara Membuat MOL dari Nasi
Cara Membuat MOL dari Sabut Kelapa
Cara Membuat MOL dari Gedebok Pisang
Cara Membuat MOL dari Bekicot (Keong Mas)
Cara Membuat MOL Dari Limbah Buah Buahan

Cara Membuat MOL Dari Limbah Buah Buahan


Buah-buahan busuk yang sudah tidak bisa dimakan lagi bisa dimanfaatkan untuk sebagai MOL (Mikro Organisme Lokal). MOL yang dibuat dari buah-buahan busuk ini bisa digunakan untuk pengomposan maupun untuk disemprotkan ke tanaman. Cara pembuatannya sangat mudah dengan menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar kita.

Bahan-Bahan:
1. Buah-buahan yang sudah busuk. Bisa buah apa saja: pepaya, pisang, mangga, apel,salak, dll. Sebanyak 5 kg
2.     Air kelapa 10 butir.
3.     Gula jawa 1 kg.

Cara Pembuatan:
1.    Limbah buah-buahan dihaluskan. Bisa dengan cara ditumbuk atau diparut.
2.    Masukkan ke dalam dalam tempat (drum)
3.    Tambahkan air kelapa.
4.    Tambahkan gula.
5.    Semua bahan diaduk sampai tercampur merata.
6. Tutup drum dengan penutu. Beri lubang untuk aerasi. Lubang aerasi ini bisa menggunakan selang agar tidak dimasukki oleh lalat atau serangga lain.
7.    Semua bahan kemudian difermentasi selama 2 minggu sebelum digunakan.

Cara Penggunaan:
1.     MOL ini bisa digunakan untuk pengomposan maupun untuk penyemprotan ke tanaman.
2. Untuk pengomposan: encerkan larutan fermentasi sebayak 5 xnya. Kemudian disemprotkan ke bahan-bahan yang akan dikomposkan.

3. Untuk penyemprotan tanaman: larutkan larutan fermentasi sebanyak 30 kali. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari atau sore hari ke permukaan daun. Penyemprotan dilakukan berselang 2 minggu.

Sumber : Aa Sholah

Cara Membuat MOL dari Bekicot (Keong Mas)

Kali ini saya hanya akan sedikit mengulas cara pembuatan MOL dengan menggunakan Hama Bekicot.

Bahan :
1.    5 kg keong mas yang masih hdup/segar,
2.    2 Buah buh maja matang ( jika tidak ada dapat diganti dengan cairan tebu 1 liter atau gula merah 1kg)
3.    Air kelapa 10 liter.
4.    Air secukupnya

Alat :
1.    Ember/drum plastik 20 liter : 1 bh
2.    Plastik : 1 meter
3.    Alu : 1 bh

Cara membuat :
1.    Keong Mas/ bekicot ditumbuk s/d halus
2.    Masukkan dalam ember dan tambahkan air leri,
3.    Tambahkan tetes tanpa diencerkan hingga ¾ ember.
4.    Aduk rata s/d benar-benar melarut.
5.    Tutup rapat dengan plastik, dan ikat erat.
6.    Diatas plastik berikan air, hingga plastik cekung.
7.    Setelah 3-4 minggu MOL sudah jadi.

Tanda-tanda MOL yang sudah jadi :

1.    Cairan berwarna kuning kecoklatan
2.    Berbau segar
3.    Keasaman /pH 3-5.
Sumber : www.caragampang.com

Cara Membuat MOL dari Gedebok Pisang

Ada satu resep MOL yang perlu dicoba, yaitu MOL dari Gedebok (batang) pisang. Resepnya sederhana dan mudah membuatnya.

Bahan-bahan:
Perbandingan bahan adalah 1:1, seperti contoh di bawah ini
•    Batang pisang 1 kg
•    Air Nira (Tuak/Ballo Kelapa) atau Gula jawa 1,5 ons.
Untu produksi yang lebih banyak tinggal dikalikan kelipatannya.

Cara pembuatan:
1.    Batang pisang dipotong-potong. Jangan diparut/ditumbuk/dicincang.
2.    Campurkan batang pisang dengan 3/4 Air Nira / Gula jawa.
3.    Masukkan ke dalam baskom dan atur agar memadat.
4.    Tambahkan sisa nira lagi.
5.    Tutup rapat dan dibiarkan selama dua minggu.
6.    Setelah dua minggu diperas dan diambil airnya.

Pemakaian:

•    Untuk pupuk daun MOL diencerkan dengan perbandingan 1:1000.
•    Disemprotkan ke seluruh bagian tanaman di pagi hari atau sore hari.
Sumber : www.caragampang.com

Cara Membuat MOL dari Nasi


Cara Membuat MOL dari Nasi
Bahan:
1.    Nasi segar, bukan nasi yang sudah bau
2.    Seresah bambu atau potongan bambu yang sedang melapuk. Bukan yang masih segar dan baru diambil dari pohonnya.
3.    5 liter Air bersih atau air cucian beras yang telah diberi gula merah sebanyak 3-5%.

Alat/Tempat:
•         Kotak kayu atau tempat lain yang cukup lembab dan terlindung. Bisa pakai kardus juga.

Cara Pembuatan:
1.   Masukkan seresah bambu yang sedang melapuk ke dalam kotak.
2.   Masukkan nasi ke dalam kotak.
3.  Kotak didiamkan di tempat yang sejuk, lembab, dan terlindung dari sinar matahari selama seminggu.
4. Ambil nasi yang telah ditumbuhi jamur dan masukkan ke dalam air beras yang telah diberi gula merah.
5.   Larutkan nasi tersebut di dalam air beras.
6. Simpan di dalam botol/jerigen. Tutup jeringen diberi selang untuk aerasi. Ujung selang dimasukkan ke dalam botol berisi air. Tambahkan alkohol/sprirtus/kaporit/pemutih pakaian ke dalam air botol terebut untuk menjaga agar tidak terkontaminasi.
7.    Biarkan selama satu minggu. Setelah satu minggu MOL bisa dipakai.

 Sumber : Aa Sholah

Cara Membuat MOL dari Sabut Kelapa



Resep MOL ini istimewa dibandingkan dengan resep-resep MOL yang lain, karena konon MOL ini kaya akan unsur K. Bahan dan cara pembuatannya juga suangat mudah sekali.

Bahan-bahan:
1.    Sabut Kelapa
2.    Air bersih

Cara Pembuatan :
1.    Masukkan sabut kelapa ke dalam drum. Jangan penuh-penuh.
2.    Masukkan air sampai semua sabut kelapa terendam air.
3.    Drum ditutup dan dibiarkan selama dua minggu.
4.    Air yang sudah berwarna coklat kehitaman digunakan sebagai MOL.
Selain sabut kelapa bisa juga ditambahkan dengan jerami kering. Penambahan jerami bisa bermanfaat sebagai pestisida nabati.

Pemakaian :
MOL bisa disiramkan atau disemprotkan ke tanaman. Cara pemakaian sama seperti MOL-MOL yang lain.

Bali Tiru Jepang Manfaatkan Umbi-Umbian


Oleh I Ketut Sutika
Denpasar (Antara Bali) - Minuman, sirup, es krim dan jenis makanan ringan lainnya dibuat dari bahan baku ubi jalar (ketela rambat) sudah merambah pasaran, termasuk pusat perbelanjaan di Kota Denpasar.

"Hasil industri skala rumah tangga itu cukup diminati konsumen, termasuk sudah dipasarkan ke hotel-hotel berbintang, sehingga sangat berpeluang untuk diproduksi secara besar-besaran," kata guru besar Universitas Udayana, Prof Dr Ir Dewa Ngurah Suprapta MSc yang melakukan penelitian dan pengkajian, bahan pangan nonberas tersebut.
       
Produksi ketiga jenis produk yang kini dalam uji coba merupakan hasil penelitian yang dilakukannya di lapangan maupun laboratorium selama lebih tujuh tahun.Hal itu dilakukan meniru cara orang Jepang memanfaatkan umbi-umbian sebagai   makanan pavorit di negari Matahari Terbit, sehingga  jenis tanaman berumbi dipelihara secara intensif petani di negara itu.
       
Dari segi kandungan protein  umbian-umbian itu tidak kalah dengan beras maupun gandum, ujar Dewa Suprapta yang juga dosen terbang pada tiga universitas  di Jepang.
       
Padahal negara itu tidak banyak memiliki jenis tanaman umbi-umbian, berbeda  dengan Indonesia yang kaya akan tanaman berumbi, namun masyarakatnya kurang tertarik untuk mengkonsumsinya.
       
Umbi-umbian di Indonesia, khususnya kurang mendapat perhatian, karena komoditi itu dinilai sebagai makanan kelas rendahan yang dikaitkan dengan kemiskinan, padahal hasil penelitian menunjukan kandungan gizi yang sangat tinggi.
       
Di Bali sedikitnya terdapat 75 jenis tanaman umbi-umbian yang umumnya mengandung protein tinggi, yang secara tidak langsung menyembuhkan berbagai penyakit, antara lain  kanker dan penyakit diabetis.
       
"Dalam umbi-umbian itu mengandung 'antiosiamnin' yang sangat baik bagi kesehatan yang tidak terdapat dalam beras atau gandum," ujar Dewa Suprapta yang juga Kepala Lab Biopestisida Fakultas Pertanian Unud itu.
       
Ketela rambat misalnya mengandung protein melebihi kentang yakni kalorinya 123 setiap 100 gram, sementara kentang hanya 83 per 100 gram. Sedangkan kandungan  karbohidrat ubi jalar 27,9 dan kentang hanya 19,1.
      
Demikian pula kandungan kalsium ubi jalar mencapai 30, sementara kentang hanya 11 setiap 100 gramnya. Protein ketela rambat hampir sama dengan "suweg" dan sukun, yang belakangan jarang ditanam petani, padahal dulunya merupakan makanan ringan masyarakat.
       
Dewa Suprapta menjelaskan, tanaman umbu-umbian khususnya yang berwarna unggu memiliki keunggulan yang telah teruji dalam laboratorium.
      
Oleh sebab itu pemerintah agar mengajak dan menyarankan masyarakat untuk mulai kembali mengkonsumsi jenis umbi-umbian, sebagai usaha diversifikasi pangan mengurangi ketergantungan pada beras, sekaligus mewujudkan ketahanan pangan.
       
Dewa Suprapta yang memiliki 500 petani asuh tersebar di berbagai pelosok pedesaan di Bali berusaha terus mensosialisasikan hasil penelitian menyangkut tanaman umbi-umbian.
       
Masayrakat tani diharapkan kembali mengembangkan aneka tanaman  umbi-umbian  antara ketela rambat, ketela pohon, suweg dan jenis kacang-kacangan.
       
Pihaknya juga merintis pengolahan aneka umbi-umbian itu menjadi tepung untuk selanjutnya dibuat menjadi mie, roti, kue dan es krim.
       
Dengan cara mengkemas seperti itu diharapkan masyarakat tertarik untuk mengkonsumsinya, karena tersedia menu pilihan, selain makanan pokok beras.
       
Masyarakat luas juga diharapkan mendukung upaya pemerintah memasyarakatkan umbi-umbian dengan mengkonsumsinya, selain makanan pokok beras, harap Dewa Suprapta  yang memiliki kebun khusus mengkoleksi berbagai jenis tanaman umbi-umbian.
   

Biaya Penelitian
  
Dewa Suprapta menjelaskan, penelitian mengenai umbi-umbian untuk konsumsi masyarakat yang dilakukan selama tujuh tahun itu menghabiskan dana sekitar Rp3,5 miliar.
       
Dana itu diperolehnya melalui kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk  Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dan Fakultas Kedokteran Gajah Mada dan berbagai unsur lainnya.
       
Ketiga jenis makanan dan minuman yang meliputi  sirup, minuman (wine) dan es kerim dengan menggunakan bahan baku ubi jalar siap diproduksi secara besar-besaran, dengan pabrik berlokasi di Kabupaten Karangasem, daerah ujung timur Pulau Bali.
       
Pihaknya sudah mengurus ketiga hasil penelitian itu untuk mendapatkan hak paten ke Kementerian Kehakiman dan HAM. Pengembangan berbagai jenis tanaman umbi-umbian diimbangi dengan upaya pengolahan  akan mampu menghasilkan jenis makanan yang bergengsi.
       
Teknologi pengolahan menjadi makanan bergengsi itu tidak begitu rumit, dengan modal yang tidak begitu besar, hanya  diperlukan ketekunan, keuletan serta mengutamakan faktor kebersihan dalam proses produksi.
       
Terobosan seperti itulah yang diperlukan untuk mengangkat dan memanfaatkan potensi lokal, yang akhir-akhir ini kurang diperhatikan petani akibat sulit pemasaran, ujar Dewa Suprapta.

Sumber : http://antarabali.com

Jepang Mengajari kita Menghargai Ubi

Satu hal yang sangat mengesankan dari Negara Jepang adalah betapa mereka sangat menghargai hasil bumi berupa umbi-umbian. Menghargai ubi, tidak sekedar memperlakukannya dengan sebaik-baiknya. Lebih dari itu ini merupakan perwujudan nyata dari kata "Terima Kasih" pada sang pencipta ubi yang notabene juga "sang pemberi hidup" kita. Mungkin ini salah satu jawaban dari kebingungan , mengapa Tuhan begitu sayang sehingga memberikan kemakmuran luar biasa pada negeri Matahari Terbit. Tidak ada ciptaan Tuhan yang patut disepelekan, semua diciptakan untuk dimanfaatkan dan dikembangkan sebaik-baiknya.
 Set menu Jepang, ada talasnya!

kita dapat membandingkan dengan  bagaimana masyarakat kita di Indonesia memperlakukan umbi umbian dalam budaya komsumsi sehari-hari. Umbi-umbian di Indonesia terhitung sangat banyak ragamnya, ubi jalar, ketela pohon, dan berbagai macam talas. Di masyarakata kita, umbi-umbian cenderung menjadi makanan kelas bawah, dengan harga yang cenderung jauh lebih murah daripada sumber karbohidrat utama, misalnya beras. Harga beras bisa mencapai 10 000 per kg sementara harga ubi hanya 2500 per kg bahkan kadang bisa mencapai 1500 per kg. Bandingkan harga ubi dan beras di Jepang yang relativ sama hingga 45 000 per kg. Relatif sama, sehingga muncul pula sikap penghargaan yang sama baik terhadap ubi maupun beras. Di Jepang baik petani ubi maupun petani beras sama sama makmurnya. Seperti keluarga Sumitomo yang tinggal di daerah Kawauchi Tokushima, sebagai petani ubi mereka juga mampu untuk berlibur ke pulau Bali. Mereka juga memiliki unit cold storage untuk penyimpanan hasil panen ubi, disamping bangunan 2 lantai yang dilengkap lift untuk gudang carton box pengemas ubi. Semua ini berawal dari begitu selayaknya masyarakat Jepang dalam menghargai ubi. Bandingkan lagi dengan kenyataan di Indonesia, yang memunculkan stigma resmi bahwa ubi adalah makanan pokok dari daerah miskin.


perhatikan bentuk, dan warnanya

Dengan set menu Jepang di sebuah resto di Miyajima. Satu set terdiri dari 12 jenis masakan, dengan porsi yang serba sedikit. Lengkap baik dari hewani, ikan,ayam dan daging, juga sumber nabatinya. Semua disajikan dengan teramat cantiknya, Ada 2 hidangan yang sangat mengesankan, yang pertama adalah kabocha atau labu parang kukus, sangat cantik dengan rasa sederhana, dengan potongan menyerupai daun momiji. Satu jenis lain dengan potongan berbentuk seperti lampion kecil, sangat elegant, setelah di makan, upps ternyata talas, yang apabila dimakan seperti mengeluarkan lendir.  sangat mengesankan, talas yang sedemikian tidak berharganya di Indonesia bisa tampil sedemikian cantiknya. Di Jepang, umbi seperti ini disebut sebagai sato imo. Di Indonesia bila diibandingkan dengan ubi, talas berlendir ini malah menempati kelas yang lebih bawah lagi.


talas, rengkong, dan jagung baby

Kita mungkin akan terkaget-kaget melihat sebuah papan iklan besar menawarkan ubi bakar, dengan gambar yang sangat provokatif, ubi bakar yang merekah ubinya dengan kepulan asap yang menujukkan hangatnya ubi, jangan tanyakan harganya, kira-kira 35 ribu per pcs apabila di rupiahkan. Ketika bulan puasa, apabila berjalan-jalan di mall Sogo Tokushima, beberapa ibu-ibu sedang bergerombol menikmati bekalnya. ketika di dekati, upps lagi lagi ubi rebus sedang mereka nikmati. Hal yang mungkin sangat jarang terjadi di di Indonesia. Bahkan info yang sangat akurat menyebutkan bahwa ubi adalah salah satu side dish tetap di menu-menu catering di rumah sakit di Jepang. Pada tataran ini, ubi sudah masuk sebagai barang industri dengan pengawasan mutu yang teramat ketat. Ada juga daigaku imo yang cukup popular, atau imobo, stick ubi goreng dengan coating caramel lengkap dengan taburan wijen, Bahkan di Stasiun Kereta Api Tokushima, ada banyak sekali toko yang menyediakan berbagai macam kudapan berbahan ubi, termasuk, es krim, dan minuman kaleng dari ubi. Juga boneka-boneka berkarakter ubi.
Es Krim Ubi

Dengan demikian, tentu saja anda tidak perlu ragu lagi betapa ubi sangat dihargai dan mempunyai kelas yang sama dengan makan lain di Jepang.

Jadi, memang sudah mengakar kuat di Jepang bahwa ubi bukanlah makanan yang bisa disebut sebagai kelas bawah. Bukan sekedar pengganjal perut mengganti nasi, apalagi sebagai makanan orang miskin yang tidak mampu membeli beras. Lebih dari itu di Jepang ubi sudah menjadi barang industri dengan riset dan pengembangan yang terus menerus baik dari teknologi budidaya, teknologi proses hingga marketing yang saling terkait dan mendukung. Mari mulai menghargai ubi, karena Tuhan menciptakan ubi, pasti bukan untuk disepelekan, menghargai dan berusaha mengembangkannya menjadi semakin baik, adalah wujud rasa syukur yang lebih baik kepada penciptanya.


Oleh:
Iwan Rianto
Sumber : http://www.denpasar.id.emb-japan.go.jp

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More